Info Papua

Bakar Batu: Api Kebersamaan yang Hangatkan Jati Diri Masyarakat Adat Papua

Salah satu tradisi yang lestari adalah bakar batu, sebuah ritual memasak bersama yang jauh melampaui urusan perut.

Editor: Lidya Salmah
Tribun-Papua.com/Noel
TRADISI BAKAR BATU-Prosesi tradisi bakar batu oleh masyarakat Papua. Foto:Tribun-Papua.com/Noel 

TRIBUN-PAPUATENGAH.COM, WAMENA-Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, masyarakat adat Papua tetap teguh memegang warisan budaya yang menjadi identitasnya.

Salah satu tradisi yang lestari adalah bakar batu, sebuah ritual memasak bersama yang jauh melampaui urusan perut.

Ia adalah perwujudan nilai-nilai sosial, filosofis, spiritual, dan bahkan politis yang mendalam.

Dikenal dengan beragam sebutan di berbagai suku, seperti Lago Lakwi (Lani/Dani), Barapen (Biak), Duwa Gapii (Mee), hingga Kit Oba Isago (Wamena), tradisi ini mempersatukan komunitas dalam momen kebersamaan yang sarat makna. 

Baca juga: HDII Papua dan Pemkot Jayapura Bersinergi Kembangkan Desain Interior Berbasis Kearifan Lokal

Prosesinya melibatkan persiapan bahan makanan hingga pembakaran batu yang digunakan untuk memanggang daging, ubi, dan sayuran di dalam lubang tanah yang dialasi daun pisang.

Simbol Solidaritas dan Keadilan yang Terasa

Dalam setiap pelaksanaan bakar batu, keadilan dan solidaritas menjadi inti.

Pembagian makanan dilakukan secara merata, dimulai dari pemimpin suku hingga seluruh anggota masyarakat tanpa memandang status.

Baca juga: BMP-RI Papua Ulurkan Tangan, Bantu Warga Koya Tengah Lewat Bakti Sosial di Gereja Santo Petrus

Bahkan, di kalangan komunitas Muslim Papua, daging babi diganti dengan ayam atau domba, mencerminkan fleksibilitas budaya dalam menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman.

"Bakar batu bukan sekadar upacara memasak. Ia adalah cerminan kehidupan harmonis masyarakat Papua," ungkap Tokoh Muda Gereja-Gereja Injili di Tanah Papua, Yosua Noak Douw, ihwal tradisi bakar batu, Selasa (22/4/2025).

Ritual dengan Kekuatan Spiritualitas

Tradisi ini juga mengandung makna religius yang kuat. Ungkapan syukur atas hasil panen, terciptanya perdamaian, kelahiran, hingga pernikahan diwujudkan melalui ritual ini.

Dalam konteks politik lokal pun, bakar batu seringkali menjadi wadah komunikasi antara pemimpin dan rakyat, tempat berbagi nasihat dan harapan sambil menanti hidangan matang.

Potensi Wisata Budaya yang Memukau

Lulusan Doktor Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, itu juga menekankan bahwa bakar batu memiliki potensi wisata yang besar.

Berbagai pertunjukan seni telah mengintegrasikan narasi dan tarian untuk memperkenalkan tradisi ini kepada khalayak luas.

Baca juga: Yuk, Menguak Tabir Karakteristik Zodiak ARIES yang Bikin Melongo!

Di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, hingga berbagai panggung seni lokal di Papua, ritual bakar batu menjadi sajian yang memukau sekaligus memberikan edukasi.

Menjaga Jati Diri di Tengah Arus Modernitas

Di tengah derasnya arus zaman, pelestarian tradisi ini menjadi krusial.

Melalui pengintegrasian dengan perayaan nasional, pertunjukan seni, hingga pendidikan karakter, nilai-nilai luhur seperti gotong royong, tanggung jawab, dan kejujuran terus dihidupkan.

"Bila kita melupakan tradisi seperti bakar batu, maka perlahan kita akan kehilangan jati diri. Tradisi ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga fondasi bagi masa depan," tegas Yosua.

Lebih gamblang, bakar batu adalah representasi kehidupan. Ia mengajarkan bahwa kemajuan tanpa akar budaya hanyalah ilusi. (*)
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved