Konflik Pilkada Puncak Jaya Berakhir
Akhir Kisah Pilkada Puncak Jaya: Ritual Adat Satukan Dua Kubu yang Berkonflik
Dalam ritual tersebut, kedua kubu secara bergantian membacakan pernyataan sikap damai, yang kemudian disusul dengan penandatanganan naskah perdamaian.
Penulis: Calvin Eluis Erari | Editor: Lidya Salmah
Laporan Wartawan Tribun-PapuaTengah.com, Calvin Louis Erari
TRIBUN-PAPUATRNGAH.COM, NABIRE- Suasana haru dan penuh harapan mewarnai ritual perdamaian Belah Kayu Doli di Kabupaten Puncak Jaya, Papua tengah, yang dihadiri langsung oleh Gubernur Papua Tengah Meki Nawipa dan Wakil Gubernur, Deinas Geley.
Bertempat di halaman Kantor Bupati Puncak Jaya, Pagaleme, Distrik Mulia, upacara adat ini menjadi penanda berakhirnya konflik pasca-Pilkada 2024.
Baca juga: Timika Jadi Pusat Perhatian: 16 Uskup Awali Rangkaian Pentahbisan Akbar di Tiimika
Dua pasangan calon bupati dan wakil bupati yang sebelumnya bersaing sengit, yakni Yuni Wonda-Mus Kogoya (nomor urut 1) dan Miren Kogoya-Mendi Wonorengga (nomor urut 2), hadir dan menunjukkan komitmen untuk berdamai.
Dalam ritual tersebut, kedua kubu secara bergantian membacakan pernyataan sikap damai, yang kemudian disusul dengan penandatanganan naskah perdamaian bersama Gubernur Meki Nawipa.
Baca juga: Jejak Langkah Sang Gembala: Perjalanan Hidup Mgr Bernardus Baru Menuju Takhta Keuskupan Timika
Lewat rilis diterima Tribun-PapuaTengah.com, Selasa (13/5/2025), Gubernur Nawipa dalam kesempatan itu, menyampaikan bahwa acara perdamaian ini bertujuan untuk memulihkan ketenangan dan memungkinkan masyarakat kembali beraktivitas normal.
"Dengan perdamaian ini, masyarakat Puncak Jaya dapat kembali tidur nyenyak, anak-anak bisa bersekolah, toko-toko dan gereja dapat kembali beroperasi. Semua kembali beraktivitas membangun negeri kita tercinta, Tanah Papua. Ini adalah simbol persatuan kita untuk bersama-sama membangun Puncak Jaya," ujarnya.
Baca juga: Hangatnya Dialog Uskup Larantuka dengan Warga NTT di Mimika: Dengarkan Curhat, Bahas Agenda Pastoral
Lebih lanjut, Gubernur Nawipa menegaskan bahwa dinamika politik telah usai, sehingga tidak ada lagi alasan untuk permusuhan dan pertikaian setelah ritual adat Belah Kayu Doli ini dilaksanakan.
"Warga Puncak Jaya harus mengingat dengan baik, bahwa pemimpin di tanah ini adalah mereka yang berpendidikan. Mulai besok, anak-anak sekolah yang terlibat konflik harus kembali ke bangku pendidikan. Gereja-gereja yang sempat tutup, mari kita buka kembali. Lahan-lahan kebun yang terbengkalai, mari kita garap kembali," tegasnya.
Baca juga: Uskup Larantuka Kagum Kekuatan Flobamora: Kebersamaan Cerminkan Toleransi NTT di Bumi Papua
Ia juga menyampaikan komitmennya bersama Wakil Gubernur Deinas Geley untuk bahu-membahu membangun kembali Puncak Jaya pasca-konflik.
Hal ini pun telah didiskusikannya dengan Bupati Puncak Jaya terpilih, Yuni Wonda.
"Ke depan, kita berharap masyarakat tidak lagi terlibat dalam konflik. Jika ada permasalahan, mari kita selesaikan dengan musyawarah, karena kita memiliki budaya untuk duduk bersama dan berdiskusi,"tandasnya.
Baca juga: Suara Uskup Larantuka Saat Misa Syukur-Temu Kangen Hangatkan Kebersamaan Warga Flobamora di Mimika
Prosesi perdamaian ini turut disaksikan oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Ketua DPR Papua Tengah Delius Tabuni, Kapolda Papua Tengah Brigjen Alfred Papare, Danrem 173/PVB Brigjen TNI Frits Willem Richard Pelamonia, Kapolres Puncak Jaya AKBP Achmad Fauzan, Pj Bupati Puncak Jaya, Yopi Murib, dan Dandim 1714/Puncak Jaya, Letkol Inf Irawan Setya Kusuma. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.