Pentahbisan Uskup Timika

Ketika Budaya dan Agama Bertemu: Mengulik Tradisi Wuon dalam Prosesi Uskup Baru Keuskupan Timika

Dalam konteks yang lebih luas, Wuon di Maybrat juga menjelma menjadi tradisi penyerahan atau pemberian yang sarat makna adat. S

Editor: Lidya Salmah
Tribun-PapuaTengah.com/Marselinus Lela
PENYERAHAN USKUP TIMIKA - Keluarga Maybrat, Papua Barat, menyerahkan Bernardus Bofitwos Baru, OSA kepada gereja untuk menjadi Uskup Keuskupan Timika dalam prosesi adat pada Rabu (14/5/2025). Foto: Tribun-PapuaTengah.com/Marselinus Lela 

TRIBUN-PAPUATENGAH.COM, TIMIKA- Di balik khidmatnya pentahbisan Mgr Bernardus Bofitwos Baru, OSA, sebagai Uskup Keuskupan Timika pada Rabu (14/5/2025), terselip sebuah tradisi luhur dari tanah Papua Barat, yaitu Wuon. 

Ritual adat ini dijalankan oleh keluarga Mgr Bernardus dari Maybrat saat menyerahkannya kepada pihak gereja setelah ditahbiskan oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr Piero Pioppo, di Gereja Katolik Katedral Tiga Raja Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.

Dari hasil penelusuran Tribun-PapuaTengah.com, bagi masyarakat pegunungan di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, Wuon bukan sekadar tradisi. 

Lebih dari itu, Wuon adalah fondasi pendidikan inisiasi bagi anak laki-laki yang memasuki usia dewasa, sebuah "audisi mencari gentleman" ala Papua Barat.

Baca juga: Tradisi Wuon Iringi Penyerahan Uskup Timika dari Keluarga Maybrat

Hidup di wilayah yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, masyarakat Tambrauw mempersiapkan generasi mudanya untuk kemandirian melalui Wuon.

Mengakar kuat dalam masyarakat Maybrat, khususnya di Tambrauw, Tradisi Wuon adalah sistem pendidikan adat yang holistik.

Tujuannya mulia, yakni membentuk karakter dan jiwa kepemimpinan para pemuda.

Di dalamnya tertanam nilai-nilai luhur seperti tanggung jawab, kedewasaan, kemampuan berpikir tenang dalam menghadapi tantangan, serta menumbuhkan harapan bagi sesama.

Dalam konteks yang lebih luas, Wuon di Maybrat juga menjelma menjadi tradisi penyerahan atau pemberian yang sarat makna adat. 

Seperti yang terlihat dalam penyerahan Mgr. Bernardus, ritual-ritual khusus dalam Wuon menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara adat penting lainnya, termasuk pernikahan dan berbagai perayaan komunal.

Secara etimologis, "Wuon" dalam bahasa setempat merujuk pada rumah adat yang menjadi pusat pembelajaran bagi kaum laki-laki.

Baca juga: Harmoni Budaya Iringi Langkah Uskup Baru Timika: Prosesi Meriah Sebelum Pentahbisan

Di sanalah merekaInternalisasi nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal diwariskan dari generasi ke generasi.

Demi menjaga kelestarian budaya dan nilai sakral yang terkandung di dalamnya, generasi muda Suku Miyah dan Ireres diwajibkan menempuh pendidikan inisiasi melalui sekolah adat Wuon.

Sejarah mencatat bahwa pendidikan Wuon pertama kali dipraktikkan oleh tiga suku besar di Tambrauw yakni Abun, Miyah, dan Ireres.

Seiring waktu, pengaruh dan praktik Wuon meluas hingga ke wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Maybrat, Sorong Selatan, dan Sorong.

Penyerahan Mgr Bernardus Bofitwos Baru melalui Tradisi Wuon bukan hanya sekadar ritual adat.

Ini adalah simbol mendalam tentang bagaimana nilai-nilai luhur dari warisan budaya dapat menyatu dengan panggilan pelayanan rohani.

Baca juga: BREAKING NEWS: Sorak-sorai Umat Sambut Uskup Baru Timika: Mgr Bernardus Bofitwos Resmi Ditahbiskan

Keluarga Maybrat, melalui tradisi Wuon, tidak hanya menyerahkan seorang putra terbaiknya kepada gereja, tetapi juga membawa bersamanya nilai-nilai kepemimpinan, tanggung jawab, dan harapan yang telah tertanam kuat melalui pendidikan adat yang dihormati ini.

Momen ini menjadi pengingat akan kekayaan budaya Indonesia yang terus hidup dan memberikan makna dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam momen sakral keagamaan. (*)

 


 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved