Curhat Pendulang Emas

Curhat Pendulang Emas di Kabupaten Mimika, Papua Tengah: Melamar Jadi Guru, Tapi Tak Diterima

Sayangnya, dari sekian banyak lamaran yang saya masukkan ke sekolah-sekolah, ternyata tidak ada satupun informasi lanjutan

Editor: Moh Choiruman
zoom-inlihat foto Curhat Pendulang Emas di Kabupaten Mimika, Papua Tengah: Melamar Jadi Guru, Tapi Tak Diterima
Istimewa
MENDULANG – Tiga warga sedang melakukan proses pendulangan emas di wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah. Para pendulang, selain harus melawan ganasnya malaria, juga ancaman serang kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). 

Himpitan ekonomi dan keinginan untuk mengubah nasib, akhirnya saya mengambil keputusan berat. Saya meninggalkan orangtua dan saudara-saudara untuk merantau ke Kota Timika.  

Mengapa ke Timika? Di Kota Dolar ini, ada keluarga yang saya harapkan bisa membantu mencari pekerjaan.

Baca juga: Tim Buser Polres Mimika dan Polsek Miru Ringkus Pelaku Penganiayaan Berat 

September tahun 2024 menjadi babak baru perjalanan hidup. Saya meninggalkan tanah kelahiran saya dengan satu tujuan untuk mencari pekerjaan, agar bisa membantu penghasilan orangtua.  

Tiba di Kota Timika, saya tinggal bersama keluarga yang berasal dari kampung di NTT tepatnya di SP4. Beliau saya saya anggap seperti kedua orangtua saya. 

Awal menjalani kehidupan di Kota Timika, saya kaget tentang banyak hal. Terutama harga-harga makanan dan barang lebih mahal dibandingkan di kampung halaman saya. 

Baca juga: Aparat Grebek Markas OPM Yahukimo, 1 Pelaku Terlibat Pembunuhan Guru Rosalina Sogen

Akhirnya saya memutuskan melakoni pekerjaan sebagai pendulang emas. Ini pekerjaan yang banyak dijalani warga dari NTT yang tinggal di Kota Timika.

Sebagai pendulang pemula, saya cukup kaget. Karena harus menempuh perjalanan kaki belasan kilometer dengan jalan yang terjal untuk menuju tempat pendulangan. 

Kemudian, saya juga bingung cara kerjanya. Menggunakan wajan dengan tiga ukuran untuk menampung lumpur campur pasir yang diyakini mengandung emas. 

Baca juga: Papua Tengah Perlu Dua Kota Madya: Nabire dan Mimika Jadi Prioritas

Sempat muncul tanda tanya dalam hati, “Terus emasnya dimana, kalau seperti ini,”. Kondisi ini yang sempat menimbulkan keraguan dan hampir putus asa.

Ternyata ukuran emasnya seperti penyedap masakan Bernama Ajinomoto. Ukurannya kecil sekali. 

Tapi begitu kerja keras membuahkan hasil dan melihat kilauan emas mentah, hati pun menjadi gembira. 

Emas yang sudah di murnikan dengan teknik mencuci, kemudian dikeringkan menggunakan api, lalu dibungkus dan dijual. 

Baca juga: Bupati Yampit Kobarkan Semangat Membaca: Paniai Siap Jadi Pusat Literasi!  

Di lokasi pendulangan, harga emas per gramnya  Rp1.350.000. Saya pun mulai terbiasa dan menikmati pekerjaan sebagai pendulang, yang sering mendapatkan emas. 

Dari hasil penjualan emas tersebut kami bagi dengan teman satu kelompok yang beranggota tiga hingga empat orang. 

Menjelang 4  bulan sebagai pendulang emas, saya sempat tidak bekerja karena tidak mendapat lokasi kerja. 

Baca juga: Bagikan DPA Kepada 3 Kepala Bidang, Kepala DPMK Dogiyai Canangkan "Jumat Ngopi Bareng"

Halaman
1234
Sumber: Tribun papua
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved