Info Paskah

Paskah dan Jalan Salib: Sebuah Perjalanan Sejarah Hingga Spiritual yang Tak Lekang Waktu

Satu dari sekian tradisi yang secara visual dan emosional menggambarkan perjalanan terakhir Yesus adalah Jalan Salib.

|
Penulis: Lidya Salmah | Editor: Lidya Salmah
Tribunnews.com
JALAN SALIB- Foto ilustrasi Yesus disalibkan bersama dua orang penjahat di Golgota, Foto: Tribunnews.com 

Penulis Jurnalis Tribun-PapuaTengah.com, Lidya Salmah

TRIBUN-PAPUATENGAH.COM, TIMIKA-Bagi umat Kristiani di seluruh dunia, Pekan Suci dan Paskah bukan hanya sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momen refleksi mendalam atas pengorbanan Yesus Kristus.

Satu dari sekian tradisi yang secara visual dan emosional menggambarkan perjalanan terakhir Yesus adalah Jalan Salib.

Setiap tahun, khususnya pada hari Jumat Agung, umat Kristen mengenang kembali 14 perhentian yang diyakini dilalui Yesus dari saat Ia dijatuhi hukuman mati hingga pemakamannya.

Namun, tahukah kita bagaimana tradisi yang begitu kuat ini berakar dan berkembang?

Berikut hasil penelusuran Tribun-PapuaTengah.com dari berbagai sumber: 

Baca juga: Momen Sakral Jumat Agung, Paroki Santo Stefanus Sempan Timika Adakan Jalan Salib Hidup

Jejak Awal di Yerusalem

Sejarah Jalan Salib memiliki akar yang kuat di Yerusalem, tempat di mana peristiwa penyaliban Yesus terjadi.

Pada abad-abad awal Kekristenan, para peziarah yang datang ke Tanah Suci secara alami akan mengikuti jejak-jejak yang diyakini sebagai rute yang dilalui Kristus menuju Golgota.

Mereka akan berhenti di lokasi-lokasi penting yang terkait dengan penderitaan-Nya, seperti tempat Ia berdoa di Taman Getsemani, tempat Ia diadili oleh Pontius Pilatus, dan akhirnya Bukit Kalvari (Golgota) tempat Ia disalibkan.

Formalisasi Tradisi oleh Fransiskan

Meskipun praktik mengenang jejak Kristus sudah ada sejak lama, formalisasi Jalan Salib seperti yang kita kenal sekarang erat kaitannya dengan Ordo Fransiskan.

Pada abad ke-14, para Fransiskan mulai membangun replika "jalan suci" di berbagai gereja di Eropa.

Tujuannya adalah untuk memungkinkan umat beriman yang tidak dapat berziarah ke Yerusalem tetap dapat merenungkan sengsara Kristus secara spiritual.

Baca juga: Perayaan Paskah 2025, Peanus Uamang Minta Masyarakat Terus Jaga Kedamaian di Papua Tengah

Perkembangan 14 Perhentian

Jumlah perhentian dalam Jalan Salib tidaklah statis sejak awal. 

Pada awalnya, jumlah dan fokus perhentian bervariasi.

Namun, pada abad ke-17 dan ke-18, jumlah 14 perhentian menjadi standar, terutama di bawah pengaruh para Fransiskan. Ke-14 perhentian tersebut secara umum meliputi:

Yesus dijatuhi hukuman mati.

Yesus memanggul salib-Nya.

Yesus jatuh untuk pertama kalinya.

Yesus bertemu dengan ibu-Nya, Maria.

Simon dari Kirene membantu Yesus memanggul salib-Nya.

Veronika mengusap wajah Yesus dengan kainnya.

Yesus jatuh untuk kedua kalinya.

Yesus menghibur wanita-wanita Yerusalem.

Yesus jatuh untuk ketiga kalinya.

Pakaian Yesus ditanggalkan.

Yesus dipaku di kayu salib.

Yesus wafat di kayu salib. 

Jenazah Yesus diturunkan dari salib.

Yesus dimakamkan.  

Baca juga: Berikut Jadwal Lengkap Misa Pekan Suci dan Paskah 2025 di Gereja Katedral Tiga Raja Timika

Makna Mendalam di Balik Setiap Langkah

Setiap perhentian dalam Jalan Salib bukan hanya sekadar pengingat akan penderitaan fisik Yesus, tetapi juga mengandung makna teologis dan spiritual yang mendalam.

Umat diajak untuk merenungkan kasih Allah yang begitu besar, dosa-dosa manusia yang menyebabkan penderitaan Kristus, pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan, serta solidaritas dan belas kasih terhadap sesama.

Jalan Salib di Masa Kini

Hingga kini, tradisi Jalan Salib tetap menjadi bagian penting dalam perayaan Paskah di berbagai denominasi Kristen.

Di banyak gereja, umat bersama-sama berjalan mengikuti rangkaian perhentian, sambil berdoa, membaca Kitab Suci, dan merenungkan makna setiap peristiwa.

Beberapa komunitas bahkan menggelar dramatisasi visual dari setiap perhentian, menghadirkan pengalaman yang lebih mendalam bagi para peserta.

Di Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, dan berbagai wilayah lainnya di Tanah Papua, tradisi Jalan Salib juga dilaksanakan dengan khidmat. 

Baca juga: Rayakan Paskah dengan Keindahan, Pemkab Nabire Bentuk Tim Gerak Cepat Evakuasi Sampah

Umat berkumpul, berjalan bersama, dan menghayati setiap tahap penderitaan Kristus sebagai bagian dari persiapan spiritual menyambut kebangkitan-Nya.

Lebih gamblang Jalan Salib bukan hanya sekadar napak tilas sejarah, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajak setiap umat Kristiani untuk lebih dekat dengan pengorbanan Kristus dan mengaplikasikan nilai-nilai kasih, pengampunan, dan pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui tradisi ini, Paskah menjadi lebih dari sekadar perayaan kemenangan, tetapi juga pengingat akan harga penebusan dosa manusia oleh Sang Juru Selamat. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved