PT Freeport Indonesia

Freeport Apresiasi Generasi Muda Suku Amungme Kamoro Raih Gelar Dokter

"Freeport Indonesia melalui program beasiswa turut bangga dapat menjadi bagian dari langkah besar anak-anak Papua terus berprestasi

Istimewa/PTFI
DOKTER- Tiga dokter penerima beasiswa YPMAK selaku pengelola dana kemitraan PTFI dr. Thalia Thomas Karupukaro sebagai dokter perempuan pertama dari suku Kamoro, dr. Christanto Beanal, dokter pria pertama dari suku Amungme dan dr. Sephia Jangkup merupakan dokter perempuan pertama dari suku Amungme. 
Ringkasan Berita:
  • PT Freeport Indonesia (PTFI) terus mendukung pendidikan anakanak Papua melalui beasiswa dikelola oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK).
  • Ketiga dokter tersebut adalah dr. Thalia Thomas Karupukaro, dr. Christanto Beanal dan, dr. Sephia Jangkup. 
  • Claus mengatakan program beasiswa PTFI yang dikelola melalui YPMAK ini merupakan realisasi komitmen perusahaan dalam mendukung pendidikan untuk anak-anak Papua.
 

TRIBUN-PAPUATENGAH.COM, MIMIKA- PT Freeport Indonesia (PTFI) terus mendukung pendidikan anakanak Papua melalui beasiswa yang dikelola oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme
dan Kamoro (YPMAK).

Tahun ini, tiga generasi muda Papua asal suku Amungme dan Kamoro penerima beasiswa PTFI telah resmi menyandang gelar dokter setelah menyelesaikan pendidikan kedokteran di universitas pilihan mereka.

“Kami mengapresiasi pencapaian ketiga anak penerima beasiswa PTFI ini. Mereka membuktikan
bahwa kerja keras, kedisiplinan, ketekunan, sikap yang adaptif, serta kegigihan dalam belajar
telah mengantarkan mereka meraih cita-cita."

Baca juga: Gelar Showroom Event, Yamaha Outlet Sempan Timika Tawarkan Berbagai Promo Bagi Pelanggan 

"Freeport Indonesia melalui program beasiswa turut bangga dapat menjadi bagian dari langkah besar anak-anak Papua terus berprestasi di tingkat nasional dan global,” kata Director & Executive Vice President Sustainable Development PTFI Claus Wamafma di Timika, Sabtu (22/11/2025).

Ketiga dokter tersebut adalah dr. Thalia Thomas Karupukaro sebagai dokter perempuan pertama
dari suku Kamoro, dr. Christanto Beanal, dokter pria pertama dari suku Amungme dan dr. Sephia
Jangkup merupakan dokter perempuan pertama dari suku Amungme.

Claus mengatakan program beasiswa PTFI yang dikelola melalui YPMAK ini merupakan realisasi
komitmen perusahaan dalam mendukung pendidikan untuk anak-anak Papua.

Kolaborasi PTFI dan YPMAK bersama pemerintah akan terus mendorong pengembangan pendidikan bagi anakanak Papua dalam menggapai cita-cita mereka.

Program beasiswa YPMAK telah berlangsung sejak tahun 1996. Hampir 30 tahun lamanya
beasiswa ini berjalan dengan dukungan penuh dari PTFI sebagai bagian dari komitmen
perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Kontribusi investasi sosial PTFI yang utama adalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
infrastruktur dengan prioritas pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia Papua.

Baca juga: 15 Mahasiswa STMIK Nabire Dapat KIP Dari Wakil Ketua DPD RI

Penerima manfaat kontribusi adalah masyarakat Suku Amungme dan Suku Kamoro, yakni
masyarakat asli yang tinggal di sekitar wilayah operasional PTFI, serta lima suku kekerabatan
lainnya.

Ketua Pengurus YPMAK, Leonardus Tumuka menyampaikan ketiga dokter tersebut telah
menunjukkan pencapaian yang luar biasa.

“Kami akan siapkan sumber daya manusia yang kuat melalui dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk menghasilkan masyarakat yang lebih berkualitas, yang pada akhirnya mereka bisa menciptakan sesuatu yang bisa membantu masyarakatnya sendiri,” kata Leo.

Baca juga: Paniai Susun Kebijakan Kelola Sampah, DLH Libatkan Akademisi Perkuat Strategi Lingkungan

Thalia mendapatkan beasiswa sejak tahun 2013 ketika masih duduk di bangku SMP di Tomohon,
Sulawesi Utara, hingga ia menyelesaikan pendidikan kedokteran di Universitas Atma Jaya.

Selama 12 tahun menjadi peserta beasiswa, Thalia mengalami berbagai perjalanan emosional,
akademik, dan spiritual yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang tangguh.

Ada dua momen yang paling membanggakan dalam perjalanan beasiswanya. Pertama, ketika ia
terpilih sebagai salah satu wakil Sulawesi Utara untuk mengikuti lomba nasional bidang geosains
hingga ke Padang.

Baca juga: Geruduk Kantor DPRD Mimika Saat Hari Otsus, Ini Tuntutan Mama-mama Papua dan Mahasiswa

“Saya bangga karena salah satu anak Papua bisa mewakili bidang geologi di tingkat nasional,” kata Thalia.

Momen kedua yang sangat berarti terjadi ketika ia sudah menjadi mahasiswa kedokteran, yaitu saat seorang pasien kembali khusus untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.

“Sesederhana itu, tetapi sangat membanggakan. Saya merasa benar-benar bermanfaat,” katanya.

Thalia, dokter yang baru saja menyelesaikan studinya 4 November 2025 ini mengaku
keinginannya untuk menjadi dokter begitu kuat karena sebagian masyarakat masih sulit
mengakses layanan kesehatan.

Baca juga: Evaluasi Kegagalan Otsus Papua, Henes Sondegau: Harus Koreksi Total

Dengan adanya beasiswa PTFI, jalannya menuju cita-cita menjadi terbuka.

“Beasiswa yang saya dapatkan ini sangat berpengaruh dan bisa menjadi pintu bagi semua generasi muda Papua untuk meraih mimpi yang lebih besar. Saya memilih menjadi dokter karena saya adalah anak yang tahu persis bagaimana susahnya layanan akses kesehatan di Papua.
Saya ingin menjadi solusi dari masalah ini,” kata Thalia.

Dua dokter lainnya yang juga penerima manfaat beasiswa Freeport melalui YPMAK yakni dr. Christanto Beanal menyelesaikan studi kedokteran di Unika Atmajaya.

Ia kini tengah menempuh pendidikan S2 Manajemen Rumah Sakit di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Banten.

Baca juga: Program RANGKAI Diluncurkan di Biak Numfor untuk Tekan Angka Kekerasan dan Perkawinan Anak

Christanto merupakan penerima beasiswa YPMAK sejak kuliah S1 Kedokteran hingga melanjutkan pendidikannya di jenjang S2.

Ia menekankan bahwa dukungan beasiswa yang diterimanya tidak hanya berbentuk finansial, tetapi juga dukungan moral, emosional, dan psikologis.

“YPMAK menyediakan support system yang sangat berarti. Kami bisa berkonsultasi dengan kakak-kakak pembina, bukan hanya soal administrasi, tetapi juga untuk dukungan psikis dan emosional,” katanya.

Menurut Christanto, salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan kedokteran bukan hanya
materi akademik, tetapi juga kebutuhan akan support system yang kuat.

Baca juga: Geruduk Kantor DPRD Mimika Saat Hari Otsus, Ini Tuntutan Mama-mama Papua dan Mahasiswa

“Struggling di pendidikan kedokteran itu bukan cuma soal belajar, tapi tentang punya teman-teman sebaya yang mengerti perjuangannya. Kami saling mendukung, saling menguatkan,” ujarnya.

Selain itu, dr. Sephia Jangkup yang lulus pada awal tahun 2025 dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.

Sephia menerima beasiswa PTFI melalui YPMAK sejak masih duduk di bangku SMP hingga berhasil meraih gelar dokter.

Baca juga: Pelaku Utama Kasus Pembacokan di KPR Siriwini Nabire Ditangkap Polisi, Ini Kronologisnya

Kini Sephia menjalani program internship di RSUD Mimika, ia mengaku bangga sekaligus terharu
karena dapat membuktikan sesuatu yang penting bagi dirinya dan masyarakatnya.

“Saya bangga bisa menunjukkan bahwa anak-anak dari Timika, khususnya dari suku Amungme dan Kamoro, bisa menjadi dokter,” katanya.

Kebanggaan itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga sebagai inspirasi bagi generasi berikutnya di kampung halaman. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved